Hari ini ada sebuah perbincangan simple namun menarik dengan sahabat-sahabat wanita di kampus. Sambil membicarakan rencana kami yang ingin mengadakan arisan sebulan sekali, timbul sebuah ide dari salah seorang teman untuk pergi jalan-jalan satu geng setelah semua anggota selesai sidang skripsi atau setelah wisuda. Awalnya kami berencana untuk pergi ke Bali bulan Januari nanti. Namun karena ada sebuah janji dengan ayahku tentang liburan ke Singapore selesai skripsi, aku sedikit ragu apakah aku diizinkan untuk pergi liburan lagi. Apalagi pasti akan mengeluarkan biaya yang cukup banyak juga.
Setelah menimbang-nimbang, salah seorang sahabatku yaitu Firni mengusulkan kami pergi ke Singapore saja sekalian. Toh biayanya sama mahalnya sama ke Bali. Dan bisa pergi sekitar bulan November yang belum masuk High Season. Aku langsung mengatakan bahwa aku justru berencana pergi ke sana November ini. Jadi klop deh waktunya.
Kedua sahabatku itu langsung bertanya, dengan siapa aku akan pergi tadinya. Langsung ku jawah "sendiri". Mereka langsung kaget dan bertanya balik "ngapain pergi sendiri? Mana enak?"
ditanggapi lagi dengan "kalo Bias lagi liat cowo cakep, trus mau bilang ma sapa? kalo lagi pengen ketawa, trus masa ketawa sendiri?"
Aku bingung dengan pertanyaan-pertanyaan mereka yang beruntun itu. Lalu kujawab "kan bisa dilakuin sendiri. jalan-jalan sendiri juga asik kok."
Dengan kompaknya mereka bilang "Mana enak!!!" dan obrolan pun berlanjut seputar rencana kepergian kami nanti dan bagaimana membujuk empat orang sahabat yang lain.
Meski begitu, pikiranku masih bertengger pada masalah pergi sendirian yang katanya tidak enak tadi. Hmmm apa iya tidak enak?? Justru selama ini aku ingin sekali jalan-jalan ke sana-sini sendiri karena lebih bebas melakukan apa saja. Mau terus-terusan ngobrol dengan Handycam selama perjalanan pun kayaknya asyik dan sah-sah aja sambil menceritakan apa yang kulihat dan kualami selama perjalanan. Mau naksir cowo cakep di perjalanan dan menyimpannya dalam hati sambil harap-harap cemas ingin bertemu lagi juga seru. Atau ketawa, menangis, dan melamun sambil melihat pemandangan indah pun oke banget.
Selain itu, kalo jalan-jalan sendiri, akan punya kesempatan untuk belajar mandiri dan belajar mengambil keputusan sendiri tanpa harus mempertimbangkan dan menunggu pendapat orang lain. Juga bisa menentukan kemana akan pergi, kapan akan istirahat, dan apa yang akan dilakukan tanpa -sekali lagi- mempertimbangkan orang lain.
Tapi sepertinya tidak semua orang berani untuk pergi atau berwisata sendirian. Padahal ada banyak kejutan yang menanti jika pergi sendiri apalagi ke tempat dengan beda budaya dan beda bahasa. Aku malah sudah tidak sabar untuk mengarungi Singapore sendirian berbekal peta wisata yang bisa dibeli di toko buku. Bahkan kalau bisa, ke Jepang (negara impianku) pun sendiri lebih oke.
Yah, setiap hal kan pasti ada kelebihan dan kekurangannya. Misalnya nih, kalo pergi sendiri, gak mungkin nyoba pergi ke tempat yang lebih baik pergi rame-rame kalo di negara orang, contohnya club. Apalagi buat orang-orang yang gak sukan clubbing sepertiku. Kalo perginya rame-rame, apalagi dengan sahabat, pasti ada keberanian tersendiri.
Apapun itu, yang pasti aku sangat tidak setuju kalau sendirian itu tidak asyik atau sendirian itu berarti kesepian. Apalagi kalau sendirian, justru bisa memberanikan diri untuk mencari teman baru di negara orang. Mmm atau bisa ketemu cowok kece dan gak perlu rebutan ma temen-temen yang mungkin juga naksir cowok itu. Hehehehe
Apapun pilihan liburannya, tetep akan ada kejutan yang datang.
Regards,


untuk mendapatkan sesuatu, kita harus menjalani proses seperti yang kita alami hari ini
Setelah menimbang-nimbang, salah seorang sahabatku yaitu Firni mengusulkan kami pergi ke Singapore saja sekalian. Toh biayanya sama mahalnya sama ke Bali. Dan bisa pergi sekitar bulan November yang belum masuk High Season. Aku langsung mengatakan bahwa aku justru berencana pergi ke sana November ini. Jadi klop deh waktunya.
Kedua sahabatku itu langsung bertanya, dengan siapa aku akan pergi tadinya. Langsung ku jawah "sendiri". Mereka langsung kaget dan bertanya balik "ngapain pergi sendiri? Mana enak?"
ditanggapi lagi dengan "kalo Bias lagi liat cowo cakep, trus mau bilang ma sapa? kalo lagi pengen ketawa, trus masa ketawa sendiri?"
Aku bingung dengan pertanyaan-pertanyaan mereka yang beruntun itu. Lalu kujawab "kan bisa dilakuin sendiri. jalan-jalan sendiri juga asik kok."
Dengan kompaknya mereka bilang "Mana enak!!!" dan obrolan pun berlanjut seputar rencana kepergian kami nanti dan bagaimana membujuk empat orang sahabat yang lain.
Meski begitu, pikiranku masih bertengger pada masalah pergi sendirian yang katanya tidak enak tadi. Hmmm apa iya tidak enak?? Justru selama ini aku ingin sekali jalan-jalan ke sana-sini sendiri karena lebih bebas melakukan apa saja. Mau terus-terusan ngobrol dengan Handycam selama perjalanan pun kayaknya asyik dan sah-sah aja sambil menceritakan apa yang kulihat dan kualami selama perjalanan. Mau naksir cowo cakep di perjalanan dan menyimpannya dalam hati sambil harap-harap cemas ingin bertemu lagi juga seru. Atau ketawa, menangis, dan melamun sambil melihat pemandangan indah pun oke banget.
Selain itu, kalo jalan-jalan sendiri, akan punya kesempatan untuk belajar mandiri dan belajar mengambil keputusan sendiri tanpa harus mempertimbangkan dan menunggu pendapat orang lain. Juga bisa menentukan kemana akan pergi, kapan akan istirahat, dan apa yang akan dilakukan tanpa -sekali lagi- mempertimbangkan orang lain.
Tapi sepertinya tidak semua orang berani untuk pergi atau berwisata sendirian. Padahal ada banyak kejutan yang menanti jika pergi sendiri apalagi ke tempat dengan beda budaya dan beda bahasa. Aku malah sudah tidak sabar untuk mengarungi Singapore sendirian berbekal peta wisata yang bisa dibeli di toko buku. Bahkan kalau bisa, ke Jepang (negara impianku) pun sendiri lebih oke.
Yah, setiap hal kan pasti ada kelebihan dan kekurangannya. Misalnya nih, kalo pergi sendiri, gak mungkin nyoba pergi ke tempat yang lebih baik pergi rame-rame kalo di negara orang, contohnya club. Apalagi buat orang-orang yang gak sukan clubbing sepertiku. Kalo perginya rame-rame, apalagi dengan sahabat, pasti ada keberanian tersendiri.
Apapun itu, yang pasti aku sangat tidak setuju kalau sendirian itu tidak asyik atau sendirian itu berarti kesepian. Apalagi kalau sendirian, justru bisa memberanikan diri untuk mencari teman baru di negara orang. Mmm atau bisa ketemu cowok kece dan gak perlu rebutan ma temen-temen yang mungkin juga naksir cowok itu. Hehehehe
Apapun pilihan liburannya, tetep akan ada kejutan yang datang.
Regards,


untuk mendapatkan sesuatu, kita harus menjalani proses seperti yang kita alami hari ini