Kali ini mari kita berbicara tentang kebesaran hati. Belakangan ini gw berpikir, "hmmm apa gw punya kebesaran hati?". Pertanyaan dalam pikiran gw itu bukan karena tanpa sebab. Gw bertanya-tanya seperti itu karena ada dua hal yang menjadi penyebabnya.
Pertama adalah ketika semingguan yang lalu, gw mendengarkan siaran Female Radio jam 9 malam. Hari itu adalah waktunya curhat. Karena lagi berhenti di salah satu SPBU sepulang nonton, gw jadi dengerin curhatannya dengan seksama. Si penelepon yang curhat adalah seorang wanita yang sudah menikah dan sambil bekerja. Suami wanita itu juga bekerja namun di kota yang berbeda. Jadi mereka hanya bertemu setiap akhir pekan. Waktu berlalu dan entah bagaimana, istrinya mengetahui kalau sang suami selingkuh dengan teman sekantornya. Sang istri akhirnya bertanya pada sang suami, apakah sang suami sudah tidak mencintainya. Sang suami meminta maaf dan mengakui kekhilafannya. Ia juga mengatakan bahwa masih sangat mencintai sang istri.
Namun sayangnya, sang suami lagi-lagi selingkuh. Sang istri kembali mempertanyakan kesungguhan sang suami. Sang suami kembali meminta maaf dan mengatakan masih sangat mencintai istrinya. Dan taukah apa yang dilakukan sang istri?? Dia kembali memaafkan suaminya, dia berhenti bekerja, dan pindah ke kota tempat sang suami bekerja agar bisa selalu bersama dengan suaminya.
Saat gw denger sang istri menceritakan kisah itu, gw gak bisa komentar. Pengen banget komentar atau sekedar berpikir bahwa sang istri terlalu bodoh karena mau kembali memaafkan hingga meninggalkan karirnya demi suami yang beberapa kali selingkuh dengan wanita lain. Tapi entah kenapa, gw gak bisa berkomentar seperti itu. Gw pun gak bisa berpikir bahwa sang wanita itu bodoh atau lemah atau tergantung pada pria. Yang terlintas dipikiran gw saat itu adalah betapa hebatnya wanita itu bisa memaafkan orang yang sudah menyakitinya. Betapa besar hatinya karena masih mau menerima suaminya kembali. Sumpah! Hebat banget!
Yang kedua adalah karena drama Jepang yang belakangan ini gw tonton. Judulnya Team Medical Dragon. Awalnya gw baca manga scannya setelah direkomendasiin sama Mas Alin (thank you, Mas!). Karena manga scannya bagus, gw mencari dramanya dan dapet!!! Hooreeee!
Meski di dalamnya banyak darah dan jantung yang diremes-remes, tapi gw semangat nontonnya! Bagus sih! Nah, yang paling menyentuh adalah, ketika dr. Kitou (salah satu tokoh wanita utama) mengetahui bahwa pacarnya (dr. Kirishima) yang berasal dari rumah sakit lain ternyata juga mengincar posisi sebagai professor di rumah sakit Meishin tempat dr. Kitou bekerja. dr. Kirishima memanfaatkan kedekatannya dengan dr. Kitou untuk mencari informasi dan perlahan-lahan mengatur strategi untuk menjatuhkan tim dr. Kitou.
Setelah tahu tentang niat dr. Kirishima, dr. Kitou menyatakan bahwa ia ingin bersaing secara fair. Dan meski sekarang mereka adalah saingan dan dr. Kirishima telah menyakitinya, dr. Kitou masih tetap mencintai dr. Kirishima. Lagi-lagi gw berdecak kagum. Lagi-lagi ada wanita hebat yang masih bisa mencintai orang yang telah melukainya, mengkhianatinya, dan hanya sekedar memanfaatkannya.
Seberapa besar sih hati kedua wanita ini hingga bisa memaafkan orang-orang yang menyakiti mereka? Seberapa lapang ketulusan mereka untuk memberi maaf? Gw selalu kagum sama orang-orang yang seperti mereka. Karena gw merasa bahwa gw tidak bisa seperti mereka. Gw tidak yakin bisa semudah itu memaafkan orang dan masih tetap mencintai orang itu. Kalo gw sih, mungkin setidaknya satu tonjokan lah baru agak lega. Hehehehe...
Dari situlah gw bertanya-tanya, apakah gw tidak punya kebesaran hati? Apakah hati gw masih begitu sempit? Bagi gw, memaafkan orang lain biasanya mudah. Tapi untuk kasus yang belakangan sering gw curhatin di blog ini, kok rasanya sulit yah untuk memaafkan orang itu. Mungkin gw sudah bisa sedikit memaafkan, tapi gw masih belum bisa lupa rasa sakit yang dia buat. Masih belum bisa lupa penghinaan yang dia lempar ke muka gw. Dan masih ada rasa ingin nonjok (sedikit). Hohohoho...
Meski gw kagum pada kedua wanita itu, tidak berarti gw ingin menjadi seperti mereka loh! Tidak berarti gw ingin memaksakan diri gw menjadi wanita baik hati dan memaksakan diri untuk memaafkan. Karena bagaimanapun juga, rasa sakit, rasa sedih, rasa marah, semuanya menjadi salah satu penopang gw ketika gw terpuruk. Semua rasa itu menjadi kekuatan bagi hati gw untuk bisa kembali melangkah. Jadi gw gak akan membuang semua rasa itu seketika. Tapi gw akan menjadikannya penguat hati hingga suatu saat nanti, gw bisa menggantinya dengan rasa yang baru. Sekarang hanya bisa menjalankan apa yang ada dihadapan gw. Gak boleh komplain, gak boleh merengek.
Then, what about you? How big is your heart?
Regards,