Kamis, Agustus 26, 2010 0 komentar

I'm Alive



By: BECCA (Kuroshitsuji Ending I)

Nothing I say comes out right
I can't love without a fight
No-one ever knows my name
When I pray for sun, it rains

I'm so sick of wasting time
But nothings moving in my mind
Inspiration can't be found
I get up and fall but...

[Chorus]
I'm ALIVE!
I'm ALIVE! Oh, yeah
Between the good and bad's where you'll find me
Reaching for heaven
I will fight and I'll sleep when I die
I live, My life, I'm ALIVE!

Every lover breaks my heart
And I know it from the start
Still I end up in a mess
Every time I second guess

All my friend's just run away
When I'm having a bad day
I would rather stay in bed
But I know there's reasons

[Chorus] Repeat

When I'm bored to death at home
When he won't pick up the phone
When I'm stuck in second place
Those regrets I can't erace

Only I can change the end
Of the movie in my head
There's no time for misery
I won't feel sorry for me

[Chorus]


Note:
Lagu ini selalu berhasil membuat gw semangat. Liriknya sangat inspiratif dan membuat gw menyadari bahwa gw harus bersyukur bahwa gw masih hidup dan ada alasan untuk itu. Ketika berada di saat paling kelam dalam hidup pun, akan ada satu titik di mana kita merasakan bahwa tidak ada lagi waktu untuk meratapi nasib. Tidak perlu mengasihani diri sendiri lagi.

Semoga lagu ini pun bisa menolong kalian yang sedang down atau sedang sedih...

Regards,


~untuk mendapatkan sesuatu, kita harus menjalani proses seperti yang kita alami hari ini~
Rabu, Agustus 25, 2010 2 komentar

Curhat...

Menjadi kuat itu ternyata memang tidak mudah. Dan yang lebih tidak mudah adalah berusaha bangkit dari keterpurukan dan berani menatap ke belakang untuk menjadikannya sebuah pelajaran berharga. Sampai detik ini, gw masih belum berani menatap ke belakang. Karena ketika menatap balik, rasanya masih sangat sakit, masih sangat menguras emosi, masih ingin menangis.

Dari hari-hari yang gw jalani belakangan ini, banyak hal baru yang gw dapatkan. Hal-hal baru itu membuat gw perlahan bisa mengenali diri gw lagi, membuat gw perlahan bisa bangkit lagi dan mencoba untuk tersenyum tulus dari hati. Bukan hanya sekedar tawa hampa atau senyum untuk menutupi perasaan sedih yang gw rasakan.

Dari kejadian ini gw belajar tentang rasa sakit ketika kita dikhianati, ketika kita merasa dibuang, ketika kita merasa tidak berharga. Mungkin dia tidak merasa telah mengkhianati, mungkin dia tidak merasa memperlakukan gw dengan salah. Tapi apa yang gw rasakan dalam hati ini nyata. Rasa sakitnya, begitu perih hingga menyesakkan. Rasa terbakarnya, begitu panas hingga menggeletar. Rasa sedihnya, begitu dalam hingga menusuk ke dasar. Dan semua rasa yang sedang menyiksa hati itu membuktikan bahwa gw hidup. Bahwa gw masih punya hati dan perasaan yang bekerja dengan baik. Bahwa gw bisa mencintai…

Ya, hati dan perasaan gw masih bekerja dengan baik. Hanya logika yang masih harus diperbaiki karena selama ini berkarat tidak sering dipakai. Karena yang selama empat tahun ini yang gw lakukan adalah menanam harapan dalam hati dan mengabaikan logika yang selalu mengingatkan. Dan ketika harapan itu terenggut tiba-tiba, terampas, tercabut dan lenyap tak bersisa, jiwa gw kehilangan pegangan. Kehilangan isi. Kosong. Yang ada hanya tangisan.

Dan kali ini, gw harus menanam harapan yang baru. Gw bertanya-tanya pada diri gw sendiri, apa yang sebenarnya gw inginkan selama ini. Kemana perginya cita-cita gw dalam hidup ini?

Gw menemukan jawabannya.

Dalam agama, gw ingin tenang dalam beribadah. Ingin menjadi seorang hamba yang dicintai oleh Allah.

Dalam keluarga, gw ingin menjadi anak yang bisa membahagiakan orang tua dan menjadi kakak yang pantas dijadikan panutan.

Dalam persahabatan, gw ingin selalu ada dalam setiap langkah mereka. Bersama mereka mengarungi setiap liku dan luka kehidupan. Berbagi cerita, menangis, dan tertawa bersama.

Dalam pendidikan, gw ingin tahu banyak hal. Ingin memperdalam pengetahuan. Menyesap tiap ilmu di sekitar, dan membagikannya pada orang lain.

Dan dalam cinta, gw ingin dicintai oleh seseorang yang tulus menerima gw apa adanya. Ingin merasakan indahnya cinta itu lagi. Gw ingin menemukan seseorang yang berdiri dan tersenyum ketika melihat gw datang. Gw ingin menemukan dia yang bisa membuat gw merasa nyaman di pelukannya. Gw ingin bisa jujur padanya tentang apa yang gw rasakan. Gw ingin menjadi teman hidupnya bukan sekedar pendamping hidupnya.

Untuk mendapatkan itu semua, hal pertama yang harus gw lakukan adalah meminta maaf pada diri gw sendiri. Gw harus memaafkan diri gw sendiri sebelum memaafkan orang lain… Jika gw sudah berhasil memaafkan diri sendiri, mungkin gw akan siap untuk memaafkan orang lain…

Gw yakin suatu saat, hati gw akan terobati dan masalah ini bisa gw simpan menjadi pelajaran yang berharga. Seperti dalam beberapa baris terpisah dalam lagu yang dinyanyikan Ella Fitzgerald…

Let your heart be light…
Next year all our troubles will be out of sight…
Next year all our troubles will be miles away…
Until then, we’ll have to muddle through somehow

Regards,


~untuk mendapatkan sesuatu, kita harus menjalani proses seperti yang kita alami hari ini~
Senin, Agustus 23, 2010 3 komentar

Bias = Iris


I have found almost everything ever written about love to be true. Shakespeare said, "Journeys end in lovers meeting". Oh, what an extraordinary thought. Personally, I have not experienced anything remotely close to that but I'm more than willing to believe Shakespeare had. I suppose I think about love more than anyone really should. I'm constantly amazed by its sheer power to alter and define our lives. It was Shakespeare who also said, "Love is Blind". Now, that is something I know to be true.

For some, quite inexplicable...love fades.
For others, love is simply lost
But then, of course, love can also be found
Even if just for the night.

And then there's another kind of love. The cruelest kind. The one that almost kills its victims. It's called the unrequited love. Of that, I am an expert.

Most of our love stories are about people who fall in love with each other. But what about the rest of us? What about our stories? Those of us who fall in love alone.

We are the victims of one-sided affair. We are the cursed of the loved ones. We are the unloved ones. The walking wounded. The handicapped without the advantage of a great parking space.

Just a sight of him, heart ponding, throat tickening, absolutely can't swallow.

Di atas adalah potongan dari prolog di awal film The Holiday. Bisa dibilang film The Holiday ini adalah film favorit gw sepanjang masa dan mungkin sudah puluhan kali gw tonton ulang. Sejak pertama kali nonton film ini, gw udah merasakan ada kemiripan karakter dan kisah hidup antara gw dan salah satu tokohnya yaitu Iris. Tidak menyangka bahwa akhirnya ternyata kami memang mirip. Memang tidak 100% mirip, tapi kami menjalani masalah cinta dan karakter yang nyaris sama.

Iris Simpkins adalah seorang kolumnis di sebuah koran lokal di Inggris. Dia sangat suka menulis dan sering diminta bantuan untuk memeriksa naskah awal dan memberi masukan untuk buku temannya atau lebih tepatnya, mantan pacarnya Jasper Bloom. Gw, Bias adalah seorang mahasiswi (sekarang pengajar sih, hehehe…) yang juga senang menulis dan membaca. Cukup sering memberi masukan dan bantuan untuk pekerjaan atau tugas-tugas kampus temannya saat masih kuliah atau lebih tepatnya, mantan pacar yang bernama A.

Gw dan Iris sama-sama jatuh cinta pada seseorang di lingkungan yang sama. Iris jatuh cinta pada rekan kerjanya di kantor, gw jatuh cinta pada teman sekelas di kampus. Dan kami akhirnya menyadari bahwa apa yang kami rasakan pada mereka adalah cinta bertepuk sebelah tangan. Bahwa hanya kami yang mencintai pria-pria itu sedangkan mereka, tidak jelas apa yang ada dalam benak mereka. Kadang manis, kadang datang, kadang pergi, kadang pahit, tapi melenakan.

Kami juga sering kali terlena dengan sedikit perhatian, pujian atau kata-kata manis dan kami anggap itu bukti cinta dari mereka. Kami mudah sekali untuk luluh. Dan kami, meski di dasar hati kami menyadari bahwa dia bukanlah orangnya, kami tidak bisa lari dari cinta itu atau mungkin tidak mau lari. Dan kami mencintai mereka selama bertahun-tahun. Iris tiga tahun, dan gw empat tahun.

Lalu di satu ketika, ketika kami tidak siap, mereka tiba-tiba memutuskan untuk menjalin hubungan dengan wanita lain. Jasper akan menikah, A punya pacar baru. Saat mengetahui itu, Iris berdiri mematung lalu pulang ke rumahnya sambil menahan tangis yang akhirnya meledak ketika ia sampai di depan pintu rumahnya. Sedangkan gw, ketika mendapat sms dari dia, harus menahan beberapa saat karena pikiran gw seperti berputar-putar, jatuh terduduk di tempat tidur, menelepon sahabat, dan meledaklah tangisan gw. Saat-saat kami menahan air mata untuk jatuh begitu memilukan. Kami mencoba sebisa mungkin untuk berpikir jernih dan menghibur diri untuk sesaat, namun akhirnya kami tidak bisa.

Iris mengalami kejadian itu di awal liburan natalnya, sedangkan gw di awal bulan Ramadan. Sungguh waktu yang seharusnya penuh dengan kebahagiaan. Iris beruntung karena dia mendapat kesempatan untuk liburan ke tempat yang jauh dan indah. Gw beruntung karena punya tempat untuk mengadu dan bercerita, walaupun pengen juga sih liburan kayak Iris.

Setelah tiba di L.A, Iris bertemu dengan seorang pria tua mantan penulis peraih pengharggaan Oscar, Arthur Abbot. Pria itulah yang mengajarkan Iris bagaimana seharusnya bersikap sebagai seorang wanita dewasa. Arthur jugalah yang menceritakan pada Iris tentang dunia perfilman Hollywood. Satu hal yang sangat dikagumi oleh Iris.

Ada sebuah adegan ketika Iris dan Arthur makan malam bersama dan Iris menjelaskan alasannya liburan sendirian ke L.A yaitu untuk menghindari Jasper yang telah membuatnya patah hati. Arthur memberi sebuah nasihat pada Iris seperti ini:

Iris, in the movies, we have leading ladies, and we have the bestfriend. You, I can tell, are a leading lady. But for some reason, you're behaving like the bestfriend.

Mendengar kata-kata Arthur, Iris tersadar. Apa yang dikatakan Arthur memang benar. You should be a leading lady in your own life, for GOD sake!!! Iris mengatakan kata-kata Arthur itu brutal tapi brilian.

Sama halnya dengan gw, ketika menceritakan masalah ini pada seorang sahabat, yaitu Hana. Dia bilang:

Bias, lo itu asisten dosen, sekarang dosen, lo itu pinter, kenapa lo bego banget mau diperlakukan seperti ini terus sama dia. Dikit-dikit luluh. Makanya lo jatoh lagi dan lagi ke lingkaran setan itu.

Dan Pak Joe (my favorite lecturer ever!), yang mengajarkan gw banyak hal tentang cara menulis dan pendalaman dalam menulis, mengatakan:

Bias itu memang harus ditampar dulu biar sadar. Udah beberapa kali dicubit, gak ngefek juga. Akhirnya ditampar sekalian.

Ya, bener banget! Gw dan Iris sama-sama ditampar dengan sebuah kejadian untuk membuat kami sadar. Membuat kami terjatuh ke dasar titik nol, memaksa kami untuk perlahan-lahan menyatukan jiwa kami yang hancur berantakan. Jawaban dari Arthur, Hana dan Pak Joe memiliki kesamaan. Brutal tapi brilian.

Tidak lama kemudian ada sebuah adegan di mana Iris berkenalan dengan Miles, seorang film composer. Miles dikhianati oleh pacarnya dan dia bertanya pada Iris, “Why am I attracted to a person I know isn't good?”. Sebuah pertanyaan yang juga ada dalam pikiran gw dan Iris. Lalu Iris menjawab pertanyaan Miles dengan tepat:

Because you're hoping you're wrong. Every time she does something that tells you she's not good, you ignore it. Every time she comes through and suprises you, she wins you over. And you lose that argument with yourself that she's not for you. Classic, right?

Sangat klasik. Persis dengan apa yang gw alami. Selama ini gw selalu berharap semua pikiran gw salah. Tiap kali dia melakukan hal yang menyatakan bahwa dia gak baik untuk gw, gw abaikan. Tiap kali dia datang dan melakukan hal yang manis atau memberi sebuah kejutan, dia memenangkan hati gw lagi. Dan argumen gw dengan diri gw sendiri bahwa dia bukan untuk gw, akhirnya kalah.

Lalu Iris menceritakan kisahnya pada Miles untuk menunjukkan bahwa ia sangat mengerti bagaimana perasaan Miles saat itu. Persis seperti apa yang gw rasakan.

It turned out that he wasn't in love with me like I thought.

What I'm trying to say is I understand feeling as small and as insignificant as humanly possible. How it can actually ache in places you didn't know you had inside you. It doesn't matter how many new haircuts you get, or gyms you join, or how many glasses of Chardonnay you drink with your girfriend. You still go to bed every night going over every detail and wonder what you did wrong or how you could have misunderstood.

And how in the hell, for that brief moment you could think that you were that happy?

And sometimes you can even convince yourself that he'll see the light and show up at your door. And after all that, however long "all that" may be, you'll get somewhere new. And you'll meet people who make you feel worthwhile again. And little pieces of your soul will finally come back. And all that fuzzy stuff, those years of your life that you wasted that eventually begin to fade.

Rasa sakitnya tidak terbayangkan. Tidak tertahankan. Dan bisa terasa di tempat-tempat yang tidak pernah gw rasakan sebelumnya. Gak peduli udah baca buku, novel, ngetik, minum teh manis panas (gak boleh minum alkohol soalnya, hehe), olah raga ataupun berdoa. Setiap malam selalu teringat setiap detail dan bertanya-tanya apa yang salah dan kenapa gw bisa salah paham.

Dan entah bagaimana, sesaat ketika bersamanya, terasa begitu bahagia…

Dan ya, kadang gw meyakinkan diri gw sendiri bahwa suatu saat dia akan sadar dan muncul di depan rumah. Dan setelah semua itu, berapa lama pun ‘semua itu’, gw berada di sebuah tempat yang baru atau tepatnya kondisi yang baru. Dan gw menyadari bahwa masih banyak orang lain yang menghargai gw dan perlahan-lahan serpihan hidup gw akan menyatu kembali. Dan tahun-tahun yang terbuang sia-sia itu perlahan akan menghilang. Amin…

I’m sure that anything can happen in the future…

Oh ya! Gw dan Iris juga bisa dibilang ‘ditampar’ di saat-saat terakhir. Di akhir film, Jasper tiba-tiba datang dan bilang kalo dia gak mau kehilangan Iris. Dan Iris nyaris jatuh lagi kalo aja dia gak nanya apakah Jasper gak jadi nikah. Dan ternyata Jasper masih tetap mau menikah dengan calonnya. Kalo gw, hmmm gw rasa sih A gak bakalan tiba-tiba nongol depan rumah gw. Tapi dia jadian sama orang lain ketika dia akan berangkat ke Inggris. Dan gw nyaris memutuskan akan menunggu dia… Oh stupid me!!!

Dan akhirnya Iris mengatakan sesuatu yang ia pendam selama ini pada Jasper. Sesuatu yang harusnya ia katakan sejak dulu. Dan kata-kata Iris di bawah ini juga mewakili apa yang ingin gw katakan pada A (kalo dia baca).

Okay, this was a really close call. You know, I never thought I'd say this, literally never. But I think you were right about us. Very square peg, very round hole! And I'm about three years late in telling you this, but nevertheless I need to say it.

You have never treated me right. Ever!
You broke my heart. And you acted like somehow it was my fault, my misunderstanding, and I was too in love with you to ever be mad at you. So I just punished my self! For years!

Somehow newly entitles me to say, It's over. This twisted, toxic thing between us is finally finished. I'm miraculously done being in love with you! I've got life to start living, and you're not going to be in it. I think what I've got is something slightly resembling gumption.

Dalam film, endingnya berakhir dengan bahagia. Iris berhasil menemukan cinta yang baru yaitu Miles dan bisa benar-benar melupakan Jasper. Iris juga menemukan kekuatan hidupnya yang baru, semangat yang baru. Kalo gw, karena bukan film, jadi gak bisa di fast forward untuk lihat endingnya gimana.

Gw belom tahu akan gimana nantinya hidup gw. Apakah akan datang cinta yang baru, atau entah kapan cinta itu akan datang lagi. Dan yah pengen banget liburan kayak Iris. Liburan untuk menyegarkan pikiran. Sekedar jalan-jalan dan melihat hal-hal baru. Kalo dapet cinta baru kayak Iris, itu bonus namanya. Hehehehe…

Yang pasti saat ini gw masih mengumpulkan serpihan-serpihan jiwa dan hati gw yang hancur berantakan. Masih menuangkan keluh kesah dalam tulisan. Dan masih mencoba memperbaiki tulisan gw tentang Sherry. Dan insya Allah, sudah cukup kuat ketika mencoba untuk tidak menangis lagi. Bulan Ramadhan merupakan waktu yang tepat untuk memperbaiki segalanya, bukan? Gw akan terus berusaha sampai tiba saatnya di mana gw bisa berteriak lega seperti Iris di akhir film. Until I get those gumptions! Yeaaaaahhh!!!!



Regards,



~untuk mendapatkan sesuatu, kita harus menjalani proses seperti yang kita alami hari ini~
0 komentar

Titik Nol


(sambil di PLAY ya lagunya...)

Inilah titik nol dalam hidup gw. Setelah empat tahun tersesat, akhirnya gw menemukan jalan. Setelah dipermalukan, dikhianati, disakiti, dipermainkan, dan diinjak-injak oleh orang yang paling gw sayang selama empat tahun, akhirnya gw bisa melihat cahaya terang. Akhirnya gw keluar dan terlepas dari semua beban. Meski gw mendapatkan jalan itu lewat cara terpahit dan cara tersulit, yaitu dipermalukan di depan kekasihnya yang baru. Gw berniat untuk menerima ajakan dia bicara baik-baik. Tapi malah dihina oleh kekasihnya. Mereka terkekeh mendengar suara gw bergetar menahan amarah.

Dan hilanglah sudah rasa cinta itu. Hanya tertinggal rasa kasihan pada dia yang menyakiti.

Dan gw sungguh bersyukur, meski harus menelan pil pahit ini, masih ada keluarga, teman, dan sahabat yang bisa diandalkan. Terutama masih ada Allah tempat gw untuk mengadu. Sungguh gw menyadari bahwa ini adalah jalan yang diberikan Allah agar gw sadar siapa dia. Sekali lagi gw menyadari bahwa Allah begitu mencintai gw dan gw sangat bersyukur karenanya.

Gw juga bersyukur bahwa kejadian ini tidak membuat gw kehilangan arah. Tidak membuat gw kehilangan semangat. Tidak membuat gw kehilangan bakat, kemampuan, dan keimanan yang gw miliki. Justru, Insya Allah, akan membimbing gw ke jalan yang lebih baik dan lebih indah. Dan justru membuat gw ingin lebih menggali semua kemampuan gw.

Seseorang yang sangat mengerti keadaan gw, menulis "Coz every thing's gonna be ok" di status FB-nya buat gw. Dan gw percaya hal itu akan terjadi suatu saat nanti. Mungkin tidak sekarang. Di saat gw berada di titik nol. Titik di mana gw akan membangun semuanya dari awal. Titik di mana gw akan membangun kembali mimpi-mimpi yang tercecer. Titik di mana gw akan memulai hidup gw yang baru, tanpa dia. Meskipun perlahan-lahan. Meskipun gw harus mencari serpihan-serpihan hati yang hancur berantakan. Meskipun gw harus menangis dan menangis. Tapi akan gw coba.

Rasa sakitnya masih ada, masih terasa, masih menyiksa. Membuat gw sulit untuk bisa melupakan, sulit untuk bisa memaafkan. Insya Allah suatu saat nanti. Mungkin bukan sekarang, mungkin belum saatnya. Tapi suatu saat, gw yakin akan bisa melupakan dan memaafkan semua yang sudah dia lakukan.

Gw akhirnya menyadari setelah dimarahi sama satu orang sahabat gw. Bahwa selama ini gw-lah yang bodoh. Bahwa selama ini gw yang tolol karena mau diperlakukan seperti itu. Tapi sekarang gw gak mau lagi. Gw yang harus berubah. Gw punya kemampuan. Gw punya skill. Gw cantik. Gw berharga. Gw pintar dan berbakat. Gw bisa menciptakan Sherry. Gw punya banyak mimpi yang harus dicapai. Gw yang akan berubah.

Gw sendiri heran dengan kemampuan gw untuk pulih kali ini. Jauh lebih cepat dari gw yang dulu. Dulu gw buta akan cinta. Dulu gw melupakan semuanya demi dia. Tapi sekarang gw sudah belajar. Dan gw sudah menegaskan pada diri gw sendiri bahwa gw akan berubah.

Regards,


~untuk mendapatkan sesuatu, kita harus menjalani proses seperti yang kita alami hari ini~
Jumat, Agustus 20, 2010 3 komentar

Hot and Cold


By: Katy Pery

You change your mind like a girl changes clothes
Yeah, you PMS like a bitch I would know
And you over think, always speak cryptically
I should know that you're no good for me

'Cause you're hot and you're cold
You're yes and you're no
You're in and you're out
You're up and you're down

You're wrong when it's right
It's black and it's white
We fight, we break up
We kiss, we make up

You, you don't really wanna stay, no
But you, you don't really wanna go, oh

'Cause you're hot and you're cold
You're yes then you're no
You're in and you're out
You're up and you're down

We used to be just like twins, so in sync
The same energy now's a dead battery
Used to laugh 'bout nothing, now you're plain boring
I should know that you're not gonna change

'Cause you're hot and you're cold
You're yes and you're no
You're in and you're out
You're up and you're down

You're wrong when it's right
It's black and it's white
We fight, we break up
We kiss, we make up

You, you don't really wanna stay, no
But you, you don't really wanna go, oh

You're hot and you're cold
You're yes and you're no
You're in and you're out
You're up and you're down

Someone call the doctor
Got a case of a love bi-polar
Stuck on a roller coaster
Can't get off this ride

You change your mind like a girl changes clothes

'Cause you're hot and you're cold
You're yes and you're no
You're in and you're out
You're up and you're down

You're wrong when it's right
It's black and it's white
We fight, we break up
We kiss, we make up

You, you don't really wanna stay, no
But you, you don't really wanna go, oh

You're hot and you're cold
You're yes and you're no
You're in and you're out
You're up and you're down


Notes:
Lagu ini menggambarkan dengan tepat seperti apa karakter orang yang sudah menyakiti gw.

"I should know that you're no good for me", selama ini kirain dia bisa membuat gw nyaman saat berada di sampingnya.

"I should know that you're not gonna change", sikapnya belakangan membuat gw mengira bahwa dia telah berubah. tapi ternyata tidak.

"You, you don't really wanna stay, no
But you, you don't really wanna go, oh"

Tapi akhirnya sekarang, dia benar2 pergi. Pergi dari hidup gw. Tidak akan ada lagi "We fight, we break up. We kiss, we make up"


Regards,


~untuk mendapatkan sesuatu, kita harus menjalani proses seperti yang kita alami hari ini~
Kamis, Agustus 19, 2010 0 komentar

Pergilah Kau


by: Sherina

Tak mau lagi aku percaya
Pada semua kasih sayangmu
Tak mau lagi aku tersentuh
Pada semua pengakuanmu

#
Kamu takkan mengerti rasa sakit ini
Kebohongan dari mulut manismu

Reff:
Pergilah kau
Pergi dari hidupku
Bawalah semua rasa bersalahmu
Pergilah kau
Pergi dari hidupku
Bawalah rahasiamu yang tak ingin kutahui

Tak mau lagi aku terjerat
Pada semua janji-janjimu
Tak mau lagi aku terpaut
Pada semua permainanmu

Back to #, Reff

Bertahun-tahun bersama
Kupercayaimu
Kubanggakan kamu
Kuberikan s'galanya
Aku tak mau lagi
Ku tak mau lagi huoo... Yeee...Hee...

Back to Reff

Pergilah kau
Tak ingin kutahui
Pergilah kau
Ku tahui


Notes:
Lirik lagu Sherina ini persis banget sama apa yang gw alami saat ini. Orang yang paling gw sayang, paling gw percaya, dan yang selalu gw banggakan, ternyata malah menyakiti. Dia sama sekali tidak mengerti rasa sakit yang sekarang gw rasakan. Sama sekali tidak peduli.

Dan ini adalah batas di mana gw sanggup bertahan... Karena itu, Pergilah kau... Pergi dari hidupku.


Regards,


~untuk mendapatkan sesuatu, kita harus menjalani proses seperti yang kita alami hari ini~
 
;